Kualitas
sekolah pertama-tama ditentukan oleh faktor pemimpin. Pimpinan sekolah
terdiri dari dinas pendidikan, yayasan, kepala sekolah dan komite
sekolah.
Ibarat
tubuh manusia, pemimpin adalah otaknya. Otak adalah bagian utama yang
membuat seluruh organ tubuh berfungsi. Otak memungkinkan seluruh tubuh
melakukan suatu pekerjaan, menghasilkan sesuatu atau mencapai suatu
tujuan sesuai ide sang otak. Bahkan selagi otak berfungsi dengan baik,
seseorang dapat bepergian ke mana saja meski tidak memiliki tangan dan kaki.
Sebagaimana
otak manusia yang dipilahkan ke dalam tipe genius, cerdas, normal dan
bawah normal, kualitas pimpinan sebagai “otak sekolah” juga beragam. Ada
pemimpin sekolah yang cerdas, kreatif, dan penuh tanggung jawab, tapi
ada pula yang kurang kreatif, kurang cerdas dan kurang bertanggung jawab.
Pemimpin
bertugas untuk membimbing dan mengarahkan bawahan agar bekerja sesuai
tujuan sekolah. Oleh karena itu, pemimpin sekolah dituntut memiliki
keberanian dan kemampuan menggerakkan bawahan, siswa dan wali murid agar arahan dan instruksinya didengar dan dilaksanakan.
Secara sederhana, tipe kemepimpinan sekolah dapat dipetakan sebagaimana bagan berikut.
1. Tipe Tim Leader/Pemimpin Profesional
Ini adalah tipe paling ideal. Pemimpin tipe ini fokus pada tujuan sekolah dan mampu menjalin hubungan baik dengan seluruh stake holder sekolah.
Team
Leader sekolah haruslah orang yang paling paham tujuan, cara dan
langkah-langkah mencapai target program dan target kerja secara
terprogram, mensupervisi dan mengevaluasi, serta mempertanggung
jawabkannya dalam bentuk laporan kerja.
Melalui
seperangkat program kerja, tim leader berani dan mampu mengendalikan
dan mengarahkan guru, pegawai, siswa dan wali murid untuk mencapai
tujuan sekolah.
Kemampuannya menjalin hubungan baik dengan bawahan dan seluruh stake holder
memungkinkan kerjasama yang kompak dan penuh kesadaran. Tipe ini mirip
pola kepemimpinan tim sepak bola. Setiap tim biasanya memiliki kapten
yang bertugas pengatur tim. Sebagai pemimpin, kapten sepak bola juga
turut bermain dengan baik.
Karakteristik dan pola kepemimpinan team leader di sekolah adalah sebagai berikut.
a. Team leader
adalah guru terbaik di sekolah. Dia mampu memberikan contoh terbaik
bagaimana menyusun program, rencana pembelajaran berikut instrumen yang
diperlukan. Dia juga paling mampu memberi contoh pembelajaran terbaik.
b. Kelebihan itu memungkinkannya mampu mensupervisi dan mengevaluasi kinerja bawahannya.
c. Hubungan baik dan kesamaan pandangan memungkinkan semua orang bekerja sama secara kompak.
d. Dia
juga harus memiliki kelebihan lain, terutama dalam hal kepemimpinan,
managemen dan administrasi, sehingga mampu mengendalikan pengelolaan
sekolah sesuai garis kebijakan dan tujuan yang ditetapkan.
Tipe ini memerlukan kesamaan pandangan, kemampuan dan semangat juang seluruh tim, sehingga tugas dapat dibagi merata.
2. Tipe Pemimpin Idealis
Ini
adalah tipe paling umum. Pemimpin idealis adalah orang yang fokus pada
tujuan, hingga kadang kurang menjalin hubungan baik dengan semua
komponen sekolah.
Kepemimpinan
tipe idealis merupakan yang paling umum di sekolah-sekolah rintisan
yang maju. Mereka mampu mencapai hasil bahkan lebih baik dari tipe tim
leader.
Fokus
pada tujuan menjadikan guru dan pegawai harus bekerja keras. Akibatnya,
mereka kadang merasa berat dan tertekan ketika berada di bawah pemimpin
idealis yang sarat dengan target kerja betapaun kondisi dan kemampuan
bawahannya.
Tipe
ini mengacu pada tipe kepemimpinan birokrasi, militer dan perusahaan
yang dihadapkan pada target kerja yang ketat. Tipe ini cocok untuk
sekolah rintisan atau sedang bermasalah. Pemimpin yang tegas diperlukan
ketika berhadapan dengan situasi yang tidak solid, tidak efektif atau
terancam.
3. Tipe Nyantai
Ini
adalah tipe kepemimpinan yang buruk dan paling umum terjadi di
sekolah-sekolah pedesaan. Kepala sekolah memiliki jalinan hubungan baik
dengan bawahan, siswa dan wali murid tetapi bukan dalam konteks
memuluskan tercapainya tujuan sekolah.
Kepala
sekolah semacam ini biasanya paling disukai bawahan. Meski tidak
efektif, suasana sekolah biasa terasa kompak, karena hubungan baik
tersebut lebih menonjol dari segi hubungan pertemanan, bukan relasi
profesional.
Ciri paling umum dari tipe kepala sekolah ini adalah:
a. Guru
paling berpengaruh di sekolah karena kemampuan berkomunikasinya, meski
sebenarnya bukan guru terbaik. Penguasaan konsep kerja
sepenggal-penggal, tapi banyak berbicara meski sebenarnya tidak fokus.
b. Penguasaan
managemen, administrasi, dan didaktik-metodik rendah, bahkan di bawah
guru kebanyakan. Akibatnya, dia tidak mampu melaksanakan tugas-tugas
supervisi, evaluasi, apalagi membimbing guru yang lain.
c. Kualitas kepemimpinan (leadership)
rendah dan instan, sehingga disertai dengan terjadi kepemimpinan
terbalik. Kepala sekolah justeru segan dan tidak berani memberi
instruksi pada bawahan, padahal seharusnya bawahan yang segan kepadanya.
d. Kemampuan berinteraksi dengan guru, siswa dan wali murid sangat baik, hingga sering kali mampu menutupi kelemahan sekolah.
e. Managemen sekolah kurang efisien, karena suka mengadakan kegiatan yang berskala massive.
Sudah
barang tentu kepemimpinan seperti ini tidak efektif. Arah program dan
kualitas pembelajaran di sekolah tidak akan terfokus pada tujuan yang
seharusnya ditetapkan dengan cermat.
Meski
demikian, tipe kepemimpinan seperti ini bukan tidak ada gunanya.
Kepemimpinan semacam ini biasanya dibutuhkan untuk kepentingan jangka
pendek. Para pemimpin semacam ini biasanya dibutuhkan oleh para
politisi, tapi bukan sekolahan.
Mereka
mampu memobilisasi massa, seperti menggerakkan demonstrasi atau dukung
mendukung pejabat. Pada tingkat tertentu mereka mampu memanipulasi emosi
banyak orang hingga tanpa berfikir panjang tergerak mendukung atau
menentang sesuatu.
4. Tipe Gambar/Simbul
Ini
adalah tipe kepemimpinan paling buruk, tetapi banyak juga sekolah yang
dipimpin oleh pemimpin semacam ini. Pemimpin hanya berperan sebagai
gambar/simbul.
Keberadaannya
seolah hanya sebagai syarat kelengkapan saja. Kepemimpinan semacam ini
dapat dijumpai pada pemimpin sekolah dengan ciri-ciri:
a. Jarang berbicara mengenai urusan riil di sekolah, karena tidak memiliki konsep pengelolaan sekolah (zero vision) dan fokus pemikirannya tidak ke sekolah.
b. Yang
paling banyak dikerjakan biasanya hanya tanda tangan, karena secara
riil tidak menguasai tugasnya, baik edukatif, managerial hingga
administratif.
c. Pada dasarnya dia lebih nyaman berada di luar sekolah, dan merasa kurang hidup saat berada di sekolah.
d. Cenderung pasrah dan biasa mewakilkan tugas sepenuhnya pada orang lain.
e. Suka menghindari supervisi, evaluasi dan kurang suka ikut pelatihan (managamen, administrasi dan pembelajaran).
f. Kurang
suka melakukan rapat dan evaluasi dengan guru, pegawai maupun stake
holder sekolah yang lain, karena tidak tahu apa yang harus dibahas.
g. Jarang berinteraksi dengan siswa secara langsung, karena visi edukatifnya lemah.
h. Menunda-nunda
pekerjaan, mencari-cari alasan, menyalahkan situasi, aturan atau orang
lain karena pada dasarnya tidak mampu melaksanakan tugas, juga tidak
berani mengatasi keadaan.
Sudah pasti, ini bukan tipe pemimpin ideal, sebab pada dasarnya pemimpin semacam ini adalah orang yang tidak siap memimpin.
Secara
mental, mereka tidak kemampuan dan keberanian seorang pemimpin. Selain
tidak efektif, pemimpin gambar menjadikan suasana sekolah cenderung
tidak kondusif.
(Disadur dari bahan Pelatihan MBS LAPIS PGMI/AUSAID)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar