My Home


Lihat My Home di peta yang lebih besar

Ciri-ciri komponen komputer yang palsu




PROCESSOR

Processor palsu/remark/overclock biasanya dijual dalam kondisi TRAY/tanpa BOX. Processor Palsu selain kinerjanya rendah, tingkat kestabilannya juga rendah, ini diakibatkan karena processor tersebut biasanya dalam kondisi ter-overclock, sehingga panas yang ditimbulkan menjadi tinggi yang pada akhirnya membuat komputer tidak stabil/sering terjadi hang. Masa garansi processor palsu biasanya paling lama hanya satu tahun, dan harganya lebih murah dari pada processor yang asli. Cara paling efektif dalam membedakan processor asli dan palsu adalah, cek masa garansinya (processor Intel asli/AMD asli bergaransi 3 tahun), lalu cek serial numbernya, serial number ini harus sama dengan yang tertulis pada box processor.

MOTHERBOARD
MOTHERBOARD PALSU/REKONDISI biasanya dijual tanpa menyebutkan merek-nya, dan hanya disebutkan jenis chipsetnya saja, bahkan terkadang dijual juga sebagai barang second. Cara efektif untuk menghindari motherboard palsu adalah dengan menanyakan merek motherboard, masa garansi motherboard, dan meminta semua kelengkapan motherboard tersebut pada saat membeli, misal box motherboard, cd driver, buku petunjuk instalasi dan lain sebagainya. cara lainnya adalah dengan melihat serial number motherboard tersebut, serial number yang tertulis di motherboard harus sama dengan yang tertulis di boxnya. Masa garansi haruslah minimal 1 tahun dengan minimal garansi 3 bulan pertama rusak diganti baru.

VGA CARD

Sama seperti halnya dengan Motherboard, VGA palsu biasanya juga dijual tanpa merek dan hanya menyebutkan jenis chipsetnya saja. Cara menghindari VGA palsu sama dengan di atas, yaitu menanyakan merek VGA, menanyakan masa garansi, meminta kelengkapan dari VGA tersebut (box, CD Driver, dan buku petunjuknya) dan cek serial numbernya. Cara lain adalah dengan melakukan cross check ke website pabrik pembuat VGA card tersebut, karena ada beberapa VGA palsu di Yogyakarta yang dijual dengan merek terkenal, sementara pabriknya sendiri tidak membuat VGA card dengan jenis tersebut. Masa garansi haruslah minimal 1 tahun dengan minimal garansi 3 bulan pertama rusak diganti baru.

CDROM/DVDROM/CDRW
cara membedakan dan menghindarinya sama dengan di atas. HARD DISK Garansi Hard Disk original = 1 tahun rusak langsung diganti baru.

MEMORY
Sama dengan di atas. Perbedaannya adalah, Memory original itu selalu bergaransi seumur hidup/Life Time, dengan kata lain, jika rusak akan langsung diganti baru.

Berikut di bawah ini adalah perincian masa garansi dari berbagai macam peripheral yang asli/original : Processor Intel (Celeron & Pentium 4) = garansi 3 tahun rusak diganti baru Processor AMD (Athlon XP, Sempron, AMD64) = garansi 3 tahun rusak diganti baru Motherboard ASUS = garansi 2 tahun, 3 bulan rusak diganti baru Motherboard GIGABYTE = garansi 3 tahun, 1 tahun rusak diganti baru Motherboard ECS = garansi 5 tahun, 3 bulan rusak diganti baru Motherboard PC PARTNER = garansi 2 tahun rusak diganti baru Motherboard DFI = garansi 1 tahun, 3 bulan rusak diganti baru Motherboard Intel = Garansi 2 tahun, 3 bulan rusak diganti baru lain-lain minimal garansi satu tahun, dengan 3 bulan rusak diganti baru.

Menemukan Pekerjaan yang Membuat Bahagia

JIKA Anda merasa tidak bahagia, barangkali salah satu penyebabnya adalah pekerjaan yang Anda geluti saat ini. Gaji, status dan kedudukan yang lebih baik sanggup membuat para pencari kerja dan "bajing loncat" (pekerja yang senang berpindah-pindah pekerjaan) tergiur untuk mengejar kebahagiaan (dalam hal ini kepuasan materi dan batin).

Setiap orang pasti memiliki definisi sendiri-sendiri dan sudut pandang yang berbeda dalam memandang arti sebuah kebahagiaan. Jika gaji besar atau status prestisius menjadi ukuran mutlak Anda meraih kebahagiaan dalam bekerja, itu tak jadi soal. Namun, pernahkan Anda bertanya dalam hati, benarkah semua tawaran menggiurkan itu sudah pasti akan membuat Anda bahagia?

Baiknya jika tanyakan sekali lagi dalam hati Anda, apakah pekerjaan yang Anda lakoni ini menginspirasi Anda untuk berpikir dan bertindak lebih kreatif? Seberapa besar energi yang Anda miliki memungkinkan Anda melakukan pekerjaan yang besar? Atau apakah Anda bisa bekerja dengan baik, bersama orang-orang yang berbakat dan bisakah Anda membantu orang lain keluar dari masalahnya dan membuat dunia Anda menjadi lebih baik dan bahagia?

Singkatnya, pastikan bahwa apapun tugas dan tanggung jawab yang Anda jalankan bisa membuat Anda bahagia lahir dan batin. Agar Anda tidak terjebak pada kebahagiaan semu hanya karena iming-iming indahnya surga dunia di tempat kerja yang baru, berikut ini langkah-langkah untuk memastikan bahwa keputusan Anda berpindah pekerjaan adalah tepat.

1. Putuskan sekarang juga!

Jika memang sudah tidak ada lagi kebahagiaan yang dirasa saat menjalani pekerjaan, jangan biarkan Anda terjebak dan masih berharap menunggu hal-hal yang baik terjadi di tempat Anda bekerja saat ini. Buat apa berlama-lama menunggu untuk pindah. Ingat, semakin lama Anda tinggal dan terbenam diantara tumpukan pekerjaan yang tidak Anda senangi, justru akan semakin menggerogoti energi dan kepercayaan diri Anda hingga tak lagi bersisa.


 

2. Berikan waktu untuk mencari pekerjaan baru

Mulailah aktif mencari sesuatu yang lebih baik dan jangan biarkan tekanan pekerjaan, rekan kerja dan suasana di tempat kerja Anda sekarang memupus kekuatan Anda untuk meraih kebahagiaan yang ingin diraih.


 

3. Fokus pada apa yang Anda suka di tempat kerja, bukan pada apa yang Anda benci

Banyak orang beralih pekerjaan untuk menghindari konflik dari situasi yang buruk dan memanas di tempat kerja yang membuatnya tertekan dan tidak bahagia. Padahal kunci untuk menjadi bahagia dalam karir dan pekerjaan adalah berusaha fokus dan menyenangi pekerjaan yang digeluti.

Cara terbaik untuk mengetahui seberapa besar Anda bahagia dan mencintai pekerjaan:

1. Pikirkan kembali beberapa situasi, dimana Anda begitu bahagia di tempat Anda bekerja sekarang
2. Tanyakan pada diri Anda, hal apa yang harus dilakukan agar bahagia itu terulang
3. Cari tahu tentang hal-hal yang memberikan Anda pengalaman-pengalaman berharga di masa datang


 

4. Abaikan gaji

Kebanyakan orang berpikir bahwa memiliki pendapatan tinggi membuat hidup lebih bahagia. Mereka salah! Itulah kesimpulan dari sebuah studi yang pernah dilakukan dua profesor dari Universitas Pricenton, yaitu ekonom, Alan B. Krueger dan psikolog serta pemenang Nobel, Daneil Kahneman.

"Banyak orang percaya, pendapatan tinggi berbanding lurus dengan kebahagiaan yang dirasakan. Kehidupan lebih tenang dan merasa tentram. Namun, pendapatan tinggi pun belum tentu bisa membeli kebahagiaan, justru terkadang malah menimbulkan perasaan tidak tenang dan selalu was-was.

Jadi, agar Anda terhindar dari stres, frustasi dan terjebak perasaan tidak bahagia, maka lebih baik tak perlu terlalu 'saklek' memikirkan berapa nominal pendapatan yang akan Anda peroleh, tetapi fokus dan nikmati saja pencapaian-pencapaian terbaik atas kinerja maksimal yang Anda tunjukkan selama bekerja. Inilah kepuasan batin yang sesungguhnya.


 

5. Abaikan keinginan-keinginan

Beberapa orang memilih pekerjaan baru karena tergiur jabatan prestise, fasilitas kelas satu (mobil baru, rumah dinas yang mewah), dan yang tak kalah pentingnya membuat keluarga (pasangan, orang tua dan keluarga) bangga dan terkesan. Hati-hati, jika Anda tak sanggup meraih dan mengatasi keinginan-keinginan itu, bisa jadi Anda diserang perasaan tertekan dan tak bahagia.


 

6. Mintalah apa yang diinginkan

Bertolak belakang dengan poin nomor lima, katakan apa yang Anda inginkan dan biarkan perusahaan memenuhi keinginan Anda itu. Biarkan perusahaan mengetahui, ada poin-poin tertentu yang bisa membuat Anda betah, nyaman dan merasa bahagia bekerja di perusahaan tersebut. Sampaikan juga tentang hal-hal mendasar yang akan membuat Anda begitu mencintai pekerjaan dan profesi yang dijalani saat ini.


 

7. Lakukan pekerjaan besar dan menantang

Salah satu kunci menjadi bahagia adalah dengan mencintai pekerjaan Anda dan melakukan yang terbaik. Masalah dalam pekerjaan janganlah dijadikan tekanan, tapi jadikanlah sebagai tantangan untuk ditaklukkan. Ketika Anda berhasil melewatinya, perasaan puas yang menghinggapi diri Anda adalah kebahagiaan terbesar Anda.


 

8. Menikmati pekerjaan

Sebuah pekerjaan yang tidak menyenangkan selamanya hanya akan membuat Anda tersiksa dan tidak bahagia. Itu karena Anda tidak pernah berusaha untuk menikmati pekerjaan Anda dan segala dinamikanya. Alih-alih mencari bahagia, Anda malah merasa tertekan. Jadi, nikmatilah dan syukurilah pekerjaan yang Anda jalani, maka Anda akan lebih menikmati hidup ini.

Studi Kritis Jamaah Tabligh


 

SEJARAH SINGKAT

Jama'ah Tabligh didirikan oleh Syaikh Maulana Ilyas bin Syaikh Muhammad Ismail

Al-Kandahlawi Al-Hanafi -Rahimahullah- di benua hindia, tepatnya di kota Sahar

Nufur. Beliau dilahirkan tahun 1303 H. di lingkungan keluarga yang mengikuti

thariqat Al-Jitsytiyyah ash-Shufiyyah. Beliau orang yang hafidz (hafal Qur'an)

dan menimba ilmu di Madrasah Diyuband setelah diba'iat oleh guru besar

Thariqat, Syaikh Rasyid Ahmad Al-Katskuhi.


 

Pusat perkembangan jama'ah tabligh ada di India, tepatnya perkampungan

Nidzammudin, Delhi. Mereka memiliki masjid sebagai pusat tabligh yang

dikeliliingi oleh 4 kuburan wali. Mereka terkesan sangat mengagungkan masjid

tersebut dan menganggap suci masjid yang ada kuburannya tersebut. Da'wah

jama'ah tabligh menyebar hingga ke Pakistan, Bangladesh dan negara-negara asia

timur dan menyebar hingga ke seluruh dunia. Tujuan dakwah mereka adalah membina

ummat islam dengan konsep khuruj/jaulah[1] yang lebih menekankan kepada aspek

pembinaan suluk/akhlak, ibadah-ibadah tertentu seperti dzikir, zuhud, dan

sabar[2].


 

AQIDAH MEREKA

Jama'ah tabligh bermanhaj shufi dalam masalah aqidah. Tasawwuf sangatlah

mendominasi anggota-anggota jama'ah dimana mereka sangat bersemangat dalam

ibadah, dan dzikir, melatih diri dengan sedikit makan dan minum, tidur dan

berbicara. Mereka juga mencurahkan perhatian besar terhadap mimpi dan

takwilnya. Aqidah mereka menurut pandangan ahlus sunnah wal jama'ah adalah

rusak dan khatir, sesat dan menyesatkan. Aqidah jama'ah tabligh tercampur baur

dengan syirik, khurafat, bid'ah, wihdatul wujud dan hulul [3].


 

Mereka berkeyakinan akan adanya mukasyafah [4], wali-wali aqhtab [5], dan

mereka membenarkan ucapan-ucapan syatahat [6]. Mereka juga menghidupkan dan

mengajarkan bid'ah-bid'ah syirkiyyat seperti tabaruk [7], tawassul terhadap

makhluk, terhadap kuburan-kuburan nabi dan wali, dan kesyirikan-kesyirikan yang

nyata lainnya. Mereka juga menghidupkan bid'ah-bid'ah mawalid dengan membaca

qashidah burdah yang penuh dengan kesyirikan dan kebid'ahan.[8]


 

KHURUJ METODE DAKWAH BID'AH

Mereka begitu mencintai metode dakwah mereka yang mereka nama khuruj ini,

bahkan seolah-olah khuruj ini termasuk dalam bagian tak terpisahkan dari

syariat islam yang murni dan suci ini. Mereka telah mengotori manhaj dakwah

nabi dengan memasukkan apa-apa yang bukan dari-nya. Mereka begitu

mengagung-agungkan metode ini, sampai-sampai jika ada diantara jama'ah yang

disuruh memilih antara khuruj dan haji, maka mereka lebih memilih dan

menyatakan keutamaan khuruj, sembari menyatakan, jika kita berhaji maka

pahalanya dan kebaikannya adalah untuk kita sendiri, namun jika kita

melaksanakan khuruj maka pahala dan kebaikannya selain untuk kita, juga untuk

manusia lainnya. Bahkan mereka lebih memuliakan khuruj dibandingkan jihad fi

sabilillah, sebab menurut mereka khuruj itulah jihad fi sabilillah.


 

Mereka berdalil tentang disyariatkannya khuruj ini dengan mimpi pendiri jama'ah

tabligh ini, yakni Maulana Ilyas Al-Kandahlawi, yang bermimpi tentang tafsir

Al-Qur'an Surat Ali Imran 110 yang berbunyi : "Kuntum khoiru ummatin UKHRIJAT

linnasi ." mereka menafsirkan kata ukhrijat dengan makna keluar untuk

mengadakan perjalanan (siyahah). Sungguh penafsiran yang bathil yang

menyelisihi hampir seluruh kitab tafsir ulama' salaf dan khalaf.


 

Mereka pun ketika khuruj dan berdakwah kepada ummat tanpa disertai ilmu dan

bashirah (hujjah yang nyata dan jelas). Mereka mengajak kaum muslimin untuk

menegakkan sholat namun mereka tidak mau membahas permasalahan sholat secara

mendalam beserta hujjah dan dalilnya sehingga mereka tidak tahu bagiamana sifat

sholat rasulullah yang benar itu. Mereka mengajak untuk mencontoh kepada

rasulullah sedangkan mereka tidak mengetahui sunnah-sunnah dan hadits

rasulullah, mereka tidak peduli entah yang mereka gunakan itu hadits dhaif atau

maudhu', yang penting hadits.!!!


 

Mereka telah menetapkan sesuatu syariat yang seharusnya menjadi hak Allah dan

rasul-Nya, mereka mengkhususkan bilangan jumlah hari dalam dakwah (baca :

khuruj) secara tertentu tanpa ada keterangannya dari rasulullah, mereka

menentukan bilangan hari dalam khuruj dengan bilangan yang tidak ada dasarnya

sama sekali dari sunnah. Mereka menentukan bilangan hari khuruj selama 6 bulan,

3 bulan, 40 hari, 20 hari, 7 hari lalu seminggu. Suatu pengkhususan yang tidak

berdasar dalam manhaj da'wah rasulullah.


 

Mereka begitu terdorong dan bersemangat mengikuti hadits rasulullah yang

menyatakan : "Balligu `anni walau aayah." (Sampaikan dariku walau satu

ayat.) namun mereka melupakan kata `annii (dari-ku, yakni dari rasulullah),

yang seharusnya mereka menyampaikan ayat yang telah benar-benar nyata dari

rasulullah. Mereka juga lupa akan ayat Allah yang berbunyi : "Katakanlah (wahai

Muhammad): Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajakmu

kepada Allah atas bashiroh (hujjah yang nyata)" (QS. Yusuf 108). Yang

seharusnya mereka menyeru kepada islam di atas hujjah yang nyata.!!!


 

Khuruj yang dilakukan jama'ah Tabligh yang mereka tentukan jumlah harinya pada

hakikatnya tidak pernah menjadi amalan generasi para salaf dan khalaf. Yang

mengherankan adalah mereka keluar untuk tabligh (menyampaikan islam) namun

mereka mengakui bahwa mereka tidak layak untuk tabligh dan bukan ahlinya.

Tabligh seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kapabilitas

keilmuan yang mumpuni seperti yang dilakukan oleh rasulullah ketika mengutus

delegasinya yang terdiri dari sahabat alim yang mengajarkan islam kepada

ummatnya, seperti beliau mengutus Ali bin Abi Thalib, Mu'adz bin Jabal, dan

selainnya seorang diri, tidak pernah beliau mengutus serombongan sahabat lain

untuk menyertai individu-individu utusan rasul tersebut.


 

Karena itu kami menasehati jama'ah tabligh untuk lebih memperdalam ilmu dien

ini. Mengenai ucapan mereka -Jama'ah Tabligh- yang menyatakan : "lihatlah para

sahabat. mereka berasal dari mekkah, berasal dari medinnah. namun

kuburan-kuburan mereka tersebar, ada yang dikuburkan di negeri Bukhara, di

negeri samarkhand, di negeri Andalusia." maka sungguh mereka salah meletakkan

ucapan mereka yang mengqiyaskan apa yang dilakukan oleh para sahabat itu

sebagai khuruj ala tablighi. Namun adalah mereka, para sahabat -Ridhwanullah

`alaihim

ajma'in- mereka keluar adalah dalam rangka jihad fi sabilillah.


 

KEANEHAN-KEANEHAN KITAB TABLIGHI NISHAB/ FADHAILUL `AMAL Sungguh, mereka

benar-benar telah menjadikan 2 kitab tulisan tokoh mereka yakni Tablighi

Nishab[9] yang ditulis oleh Maulana Zakaria al-Kandahlawy dan Hayatus-Shahabah

yang ditulis oleh Maulana Yusuf al-Kandahlawy, sebagaimana 2 kitab

syaikhani[10], padahal 2 kitab yang mereka jadikan rujukan utama, yang

senantiasa mereka baca di setiap waktu, yang mereka cintai, yang selalu mereka

bawa kemana-mana, adalah kitab yang sesat lagi menyesatkan, di dalamnya

tercampur antara hadits shahih dengan hadits dhaif, maudhu', dan laa ashla

lahu, di dalamnya terkumpul bid'ah, syirik, khurafat, dongeng, mitos, dan

kesesatan lainnya[11]. Namun, begitu taqlidnya mereka, begitu husnudh-dhonnya

mereka, sehingga mereka biarkan kesesatan itu tetap ada di dalam kitab mereka,

mereka tidak ridha dan rela kitab mereka dibersihkan dari kesesatan ini, mereka

tetap menginginkan kitab itu seperti apa adanya sebagaimana ditulis oleh

penulisnya, dan mereka tidak sadar bahwa penulis kedua kitab itu tidak ma'shum,

namun mereka tetap tidak mengindahkannya, dan mereka menganggap seolah-olah

penulis dua kitab itu bagaikan wali yang ma'shum. -Semoga Allah memberikan

hidayah kepada mereka-


 

Sungguh, telah banyak para ulama' pencinta kebenaran yang mengkoreksi

kitab-kitab semacam ini, yang berusaha membuang dan membersihkan agama ini dari

kotoran-kotoran, yang berusaha memelihara kemurnian agama ini, yang berusaha

memerangi para ahli bid'ah dan kebid'ahannya. Namun, usaha mereka itu tidaklah

mendapatkan tempat bagi orang-orang yang cinta akan kesesatan dan kebid'ahan.

Diantara kesesatan kitab itu adalah :


 

TABLIGHI NISHAB MENCAMPUR HADITS-HADITS MAUDHU' DAN DHAIF


 

1. Dalam Fadha'iludz Dzikir, hal. 96

Diriwayatkan dari Umar, Rasulullah Shallahu `alaihi wa Salam bersabda

: "Manakala nabi Adam `alahi salam melakukan perbuatan dosa, ia

mengetengadahkan kepala ke langit seraya berkata : `Ya Rabb, aku memohon

kepada-Mu dengan keagungan Muhammad, ampunilah dosaku.' Maka Allah menurunkan

wahyu dari `arsy. Lalu Adam berkata : `Maha suci nama-Mu, tatkala Kau

menciptaku, aku mengetengadahkan kepalaku ke arah arsy, ternyata tertulis

padanya, Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah. Maka aku mengetahui bahwa tak

seorangpun yang lebih mulia martabatnya di sisi-Mu daripada orang yang telah

engkau jadikan beriringan dengan nama-Mu.' Lalu Allah berfirman kepada Adam,

`wahai Adam, sesunggunya Muhammad itu nabi terakhir dan termasuk anak cucumu,

seandainya Muhammad tidak diciptakan maka Aku tidak menciptamu." (Tablighi

Nishab, bab Fadhailudz Dzikir, hal 96.)


 

Keterangan : Hadits di atas adalah hadits Maudhu' dalam Al-Maudhu'at Al-Kabir.

Perawi-perawi dalam hadits di atas majhul (tidak dikenal).


 

2. Dalam Fadha'iludz Dzikir, hal. 109-110

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata, bersabda Rasulullah : `Barangsiapa

menziarahi kuburanku, maka wajib atasnya syafatku.' (Tablighi Nishab, Bab

Fadha'iludz Dzikir, hal. 109-110)


 

Keterangan : Hadits di atas hadits Maudhu', lihat Dhaiful Jami' no 5618.


 

3. Dalam Fadha'ilul Haj, hal. 101

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata, Rasulullah bersabda : "Barangsiapa

yang menziarahiku setelah wafat maka ia laksana menziarahiku sewaktu aku

hidup." Berkata penulis : Diriwayatkan oleh Imam Thabrani, Daruquthni dan

Baihaqi. Baihaqi menyatakan Hadits ini Dhaif dalam Al Ittihaf. Berdasarkan

riwayat Imam Baihaqi dalam Al-Misyqat disebutkan, "Siapa yang melakukan haji

dan menziarahi kuburanku, maka ia seperti menziarahiku sewaktu aku hidup."

Berkata penulis : Al-Muwaffiq dalam Al-Mughni menjadikan hadits ini sebagai

dalil terhadap keutamaan ziarah ke makam nabi. (Tablighi Nishab, bab Fadha'ilul

Haj, hal 101)


 

Keterangan : Hadits di atas Maudhu' dalam Dha'iful Jami' no 5563


 

Inilah sekelumit di antara kandungan hadits-hadits Maudhu' dalam Tablighi

Nishab, yang masih sangat banyak lagi di dalamnya yang harus dibersihkan dan

dibuang jauh-jauh, karena Rasulullah bersabda dalam haditsnya yang Mutawattir :

"Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja maka persiapkan duduknya di atas

neraka", termasuk berdusta atas nama nabi yakni menyampaikan kepada ummat

apa-apa yang bukan dari beliau namun disandarkan terhadap beliau, masuk di

dalamnya menyampaikan atau menggunakan hadits maudhu', dan telah sepakat ummat

ini bahwa hadits maudhu' tidak dapat dijadikan hujjah atau dalil.


 

TABLIGHI NISHAB BERISI KHURAFAT, HIKAYAT DAN DONGENG.

Muhammad Zakaria al-Kandahlawy -semoga Allah mengampuninya- di dalam bukunya

Tablighi Nishab merangkum khurafat, bid'ah, mitos dan hikayat-hikayat yang

memekakkan telinga dan jauh dari kodrat dan tidak bisa dibenarkan akal sehat.

Rujukan yang dipegangnya tak dapat dipercaya dan ia menukil dari pengarang yang

tak mendapatkan legitimasi para ulama'. Diantara kisah-kisah tersebut adalah :


 

1. Dalam Fadhailul Haj, hal 137-138, akhir bab IX, hikayat ke-13

Dinukil dari As-Suyuthi dalam kitab Al-Hawi bahwa Sa'id Ahmad Ar-Rifa'I

berziarah ke makam Nabi setelah haji pada tahun 555 H. Ia melagukan dua bait

syair sebagai berikut :


 

Dalam hal yang jauh, ruhku kulepaskan..


 

Bumi menerima dariku, karena ia wakilku.


 

Inilah kerajaan khayalan yang aku hadiri.


 

Maka ulurkan tangan kananmu agar terengkuh oleh bibirku.


 

Lalu tangan nabi yang diberkahi keluar dari makamnya yang mulia dan Ar-Rifa'i

pun mencium tangannya.


 

Penulis menambahkan dalam kitab Al-Bunyan Al-Masyid, "ada 90 ribu orang yang

menyaksikan hal itu. Mereka adalah peziarah makam Nabi. Diantara peziara itu

adalah Syaikh Abdul Qodir Jailani."


 

(Tablighi Anishab, bab Fadhailul Haj, hal 137-138, akhir bab IX, hikayat

13)


 

2. Dalam Fadha'ilul Haj, hal 133

Syaikh Abu Khair Al-Aqtha' berkata, "Aku merasa lapar karena selama 5 hari aku

belum makan. Lalu aku berziarah dan ketiduran setelah aku membaca shalawat

kepada Nabi di sisi makamnya. Aku bermimpi Nabi datang bersama Syaikhani dan

Ali Radhiallahu `anhu. Kemudian beliau memberi aku sepotong roti. Aku makan

roti itu setengahnya, ketika aku terbangun, aku melihat setengah roti sisanya

masih ada di tanganku." (Tablighi Nishab, bab Fadha'ilul Haj, hal 133)


 

3. Dalam Fadahilul hajj, hal 141

Syaikh Syamsuddin, ketua Khadamul haram An-Nabawi berkata : "Satu jama'ah dari

Aleppo menyuap gubernur Madinnah agar mereka dizinkan membongkar makam

Syaikhani dan mengambil jasad keduanya. Maka ketika itu datanglah 40 orang

laki-laki membawa cangkul pada malam harinya. Keempat puluh orang itu iba-tiba

saja hilang di telan bumi. Setelah itu gubernur Madinah berkata, `Janganlah kau

sebarkan hal ini, atau aku akan memenggal kepalamu." (Tablighi Nishab, bab

Fadha'ilul Haj, hal 141)


 

4. Dalam Fadha'ilul Haj, hal 87)

Syaikh Zakaria berkata, "Dinukil dari beberapa Syaikh, bahwa seorang Syaikh

yang tinggal di negeri Khurasan lebih dekat ke Ka'bah karena ia selalu

bersentuhan dengan ka'bah dibandingkan orang-orang yang selalu berthawaf di

ka'bah. Bahkan terkadang ka'bah datang mengunjunginya." (Tablighi Nishab, bab

Fadha'ilul Haj, hal 87)


 

5. Dalam Fadhailush Shadaqah, hal. 588. dikisahkan : Syaikh

Zakaria mengerjakan sholat sebanyak 1000 raka'at dengan berdiri. Apabila ia

merasa lelah, maka ia sholat dengan duduk sebanyak 1000 raka'at. (Tablighi

Nishab, bab Fadha'ilush Shadaqah, hal 588)


 

6. Dalam Fadha'ilul Qur'an, hal. 15. Diceritakan : bahwa Ibnu

Katib mengkhatamkan Al-Qur'an setiap hari sebanyak 8 kali.


 

7. Dalam Fadhailul Haj, hal. 218. Diceritakan : bahwa Nabi Khidr

mengerjakan sholat shubuh di mekkah dan duduk di rukun syami sampai terbit

matahari, kemudian sholat Dhuhur di Madinah, sholat ashar di Baitul Maqdis dan

Sholat Maghrib dan Isya' di Al-Iskandari.


 

8. Dalam Fadha'ilush Shadaqah hal. 588. Diceritakan : bahwa Abu

Muhammad Al Jurairi melaksanaknan I'tikaf di Makkah selama setahun penuh, tidak

tidur tidak pula bersandar di dinding atau tiang.


 

9. Dalam Fadhailul Hajj, hal 135

Seseorang bertanya kepada Nabi Khidir, "apakah kamu melihat seseorang yang

lebih mulia daripada dirimu?" menjawab Nabi Khidir, "Pada suatu ketika aku

berada di dalam masjid Muhammad (di madinah). Pada waktu itu Imam Abdurrazaq

sedang mengajari jama'ah tentang hadits nabi, maka aku melihat seorang pemuda

duduk sendiri di pojok masjid sambil meletakkan kepalanya di atas kedua

lututnya. Aku bertanya padanya, `mengapa kau tidak mengikuti majlis Abdurrazaq

dan mendengarkan hadits-hadits nabawi', ia menjawab, `Di sana jama'ah

mendengarkan pengajian dari Abdurrarzaq, namun di sini ada seorang sendirian

mendengarkan pelajaran Abdurrazaq tanpa ada orang lain.' Kemudian Nabi Khidr

berkata, `Jika benar demikian maka katakanlah siapakah aku ini?' Ia menjawab

`Kamu adalah nabi Khidr'. Nabi Khidr berkata. `dengan demikian aku mengetahui

bahwa ada sebagian wali Allah yang tidak aku ketahui dikarenakan ketinggian

derajatnya." (Tablighi Nishab, bab Fadha'ilul Hajj, hal 135)


 

Banyak lagi hikayat-hikayat lainnya di samping dongeng-dongeng di atas, yang

mana di dalam buku ini banyak sekali berserakan di dalamnya mitos, kebatilan,

khurafat dan bid'ah. Apakah gerangan yang diinginkan pengarang buku ini dengan

memuat segala malapetaka ini? Bagiamana bisa Jama'ah Tabligh menerima sesuatu

yang rasanya pahit ini? Bagiamanakah sikap ulama' mereka terhadap bahaya

sufistik ini? Apakah ada yang bisa menjawab? Hanya Allah lah tempat mengadu.!!!


 

PERNYATAAN ULAMA'-ULAMA' SUNNAH TENTANG JAMA'AH TABLIGH


 

. Syaikh Al-Allamah Al-Muhaddits Muhammad Nashrudin Al-Albani

-Rahimahullah- dalam fatawa Al-Imarotiyah hal. 30 ketika ditanya tentang

jama'ah tabligh, beliau memberikan jawaban : "Da'wah Jama'ah Tabligh adalah

sufi masa kini (shufiyyah ashriyyah) yang tidak berpijak kepada Kitabullah dan

Sunnah Rasul-Nya."


 

. Fatwa terakhir Samahatusy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim `alu

Syaikh -Rahimahullah- : "Saya jelaskan bahwa jam'iyyah ini (jama'ah tabligh,

peny.) adalah jam'iyah yang tidak kebaikan padanya. Sebab itu jam'iyah ini

adalah bid'ah lagi sesat menyesatkan." (fatawa Syaikh Ibrahim, hal. 405 tanggal

29/1/82 H)


 

. Fatwa terakhir Al-Allamah Samahatusy-Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz

bin Baaz -Rahimahullah-,

ketika beliau ditanya mengenai jama'ah tabligh, beliau menjawab : ".Jama'ah

Tabligh dari India yang sudah dikenal ini terdapat khurafat, bid'ah dan syirik

pada mereka." (Fatwa terakhir Syaikh bin Bazz dikutip dari kaset Ta'qib

Samahatusy-Syaikh Abdul Aziz bin Bazz `ala Nadwah.)


 

. Syaikh Hammud bin Abdullah At-Tuwaijiri -Rahimahullah-

ketika ditanya tentang jama'ah tabligh, beliau menjawab secara terperinci dalam

Al-Qoul Al-Baligh fi ar-Roddi `ala jama'atit tabligh yang intinya adalah :

"Saya katakan bahwa jama'ah tabligh itu kelompok yang sesat lagi bid'ah. Mereka

tidaklah mengikuti jalan yang telah ditempuh Rasulullah dan sahabatnya, juga

para tabi'in. Akan tetapi mereka mengikuti metode shufiyyah yang bid'ah."


 

. Syaikh Ali Hasan ketika ditanya mengenai kebaikan jama'ah

tabligh karena banyaknya pemuda yang masuk islam melalui da'wah mereka,

menjawab : "Perkataan itu benar namun kurang! Benar jama'ah tabligh menda'wahi

banyak manusia dimana menghasilkan orang yang dahulunya berandalan sekarang

bertaubat, tetapi sebagaimana pendapat ulama', bahwasanya hidayah itu ada dua,

yakni hidayah `ila thariq (ke

jalan) dan hidayah fi thariq (di jalan). Ya.. memang jama'ah tabligh ini

mendakwahi manusia `ila thariq, tapi mereka tidak berdakwah fi thariq.

Bagaimana tidak !!! aqidah mereka saja hancur!!! Mereka mengatakan dalam kitab

mereka yang masyhur tablighi nishab yang penuh dengan khurafat serta

penyimpangan-penyimpangan." (kaset muhadharah Syaikh Ali berjudul Manhaj

as-Salaf).


 

. Fatawa Lajnah Al-fatawa fi idaratil Buhuts al-ilmiyyah wal ifta' wad

da'wah wal irsyad, menyatakan : "Jama'ah Tabligh sangat berlebihan dalam

hal-hal negatif dan generalisasi terhadap suatu masalah. Jama'ah tabligh tidak

jelas mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah dalam berdakwah sampai

dengan perincian prinsip-prinsip syariat islam dan cabang-cabang hukumnya."

(dinukil oleh Ust. Falih Nafi' dalam kitabnya Ad-Diinun-Nashiihah hal 17-18)


 

NASIHAT BAGI JAMA'AH TABLIGH

Kami nasihatkan bagi jama'ah tabligh dan orang-orang yang simpati pada da'wah

mereka, termasuk orang-orang yang mengepankan ukhuwwah dan tidak menegakkan

pilar saling menasihati dan membiarkan kebathilan dan kesalahan seperti ini

dipendam dengan maksud menjaga ukhuwwah dan supaya ummat tidak terpecah belah,

agar :


 

1. Bertakwa kepada Allah, takut akan siksa-Nya dan adzab-Nya.

Menjauhi apa-apa yang dilarang-Nya dan meninggalkan segala hal yang

mengakibatkan murka-Nya.


 

2. Bertaubat kepada Allah akan kesalahan-kesalahan kita, berjanji

tidak akan mengulanginya, dan meninggalkan segala pemahaman-pemahaman sesat dan

salah yang selama ini kita pegang.


 

3. Menuntut ilmu dien yang syar'i yang selaras dengan pemahaman

salaf ash-sholih, mengamalkannya, mendakwahkannya dan sabar dalam memeliharanya.


 

4. Senantiasa menegakkan pilar nasehat-menasehati dan tolong

menolong dalam kebenaran dan ketakwaan.


 

===========[1] keluar wilayah untuk berdakwah dengan jumlah waktu yang telah

ditentukan seperti 4 bulan, 40 hari, seminggu, dls. [2] baca `Jama'ah Tabligh'

karya M. Aslam Al-Bakistani -beliau mantan tokoh Jama'ah tabligh yang ruju'

/taubat dari manhaj tablighi- [3] akan datang keterangannya mengenai kesesatan

aqidah jama'ah tabligh ini. [4] tersingkapnya tabir ghaib sehingga manusia

dapat mengetahui yang ghaib dan ini merupakan aqidah shufi yang rusak [5]

keyakinan adanya wali-wali kutub yang memiliki kemampuan mempengaruhi kahidupan

makhluk -ini termasuk kesyirikan yang nyata [6] (ucapan-ucapan yang keluar dari

orang-orang shufiyah ketika akal mereka hilang dan mereka menganggap mereka

(orang-orang shufiyah ini,

peny.) dalam maqam yang paling tinggi dan ucapannya hampir seperti wahyu

-Wallahul musta'an) [7] mencari berkah baik di kuburan ataupun di tempat-tempat

yang dikeramatkan dan ini termasuk kesyirikan yang nyata [8] Baca kitab mereka

yang berjudul Bahjatul qulub karya Muhammad Iqbal, salah seorang tokoh jama'ah

tabligh, buku ini penuh dengan keanehan-keanehan, kesyirikan dan kebid'ahan

yang sesat lagi menyesatkan. [9] Atau dikenal dengan Fadhailul `amal. Nama

fadhailul `amal ini diambil sebagai upaya pentalbisan dengan mengangkat

kebolehan penggunaan hujjah hadits dhaif dalam fadhilah `amal (amalan

fadhilah), namun mereka melupakan syarat-syarat bolehnya hadits dhoif digunakan

sebagai fadhilah amal, lebih jauh lagi, kitab ini bukan hanya mengangkat hadits

dhoif saja, namun juga maudhu', hikayat-hikayat, dan dongeng-dongeng palsu.

[10] Yaitu Bukhari Muslim, wallahu a'lam [11] Akan menyusul contoh-contohnya

dalam risalah ini


 


 


 

FATWA PARA ULAMA SUNNAH TENTANG JAMA'AH TABLIGH


 


 

Disusun oleh.

Syaikh RabiĆ¢€™ bin Hadi Al Madkhali.

Bagian Pertama dari Lima Tulisan [1/5]


 


 

Pendahuluan

Segala puji hanya untuk Allah semata, dan salawat dan salam atas Rasulullah

dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya dan atas siapa yang mengikuti

petunjuknya.


 

Amma baĆ¢€™du :

Sungguh telah sampai kepada penyusun beberapa lembaran yang berisikan

perkataan dua orang alim salafi Syeikh Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin, dimana

sebagian orang Jamaah Tabligh ini menyebarkan dan membagi-bagikannya di

kalangan orang yang tidak menmpunyai ilmu dan orang yang tidak mengetahui

hakikat manhaj (ajaran) mereka yang batil dan aqidah mereka yang rusak.


 

Ternyata, pada perkataan dua orang Syeikh itu terdapat apa yang melayani

mereka. (Sebenarnya), perkataan Syeikh Ibnu Baz berdasarkan kepada ungkapan

dan pengakuan seorang tabligh atau orang simpatisan dengan mereka, ia

menceritakan kepada syeikh Ibnu Baz berbeda dengan apa yang mereka pegang,

dan ia menggambarkan kepada syeikh tentang mereka tidak seperti gambaran

mereka yang sebenarnya. Apa yang kita katakan ini dipertegas oleh ucapan

Syeikh Ibnu Baz sendiri, beliau berkata :


 

Ć¢€Å“Dan tidak diragukan lagi sesungguhnya manusia (masyarakat) sangat

membutuhkan sekali kepada seperti pertemuan-pertemuan yang baik ini, yang

berkumpul untuk mengingatkan kepada Allah dan dakwah (mengajak) kepada

berpegang kepada agama Islam dan mempraktekan ajaran-ajrannya dan memurnikan

tauhid dari bidĆ¢€™ah-bidĆ¢€™ah dan khurafat-khurafatĆ¢€¦.Ć¢€


 

[Lihat fatwa beliau no : 1007 tertanggal : 17/8/1407, yaitu yang sekarang

disebarkan oleh Jamaah Tabligh]


 

Hal ini mengambarkan bahwasanya penulis pengakuan dan pernyataan itu sungguh

telah menyebutkan pada pernyataannya itu, bahwa sesungguhnya jamaah ini

mengajak kepada berpegang teguh dengan agama Islam dan mempraktekkan

ajarannya serta memurnikan tauhid dari bidĆ¢€™ah-bidĆ¢€™ah dan

khurafat-khurafat. Maka dengan sebab itulah syeikh memuji mereka.


 

Kalau seandainya penulis pernyataan itu mengatakan perkataan yang benar

(tidak berbohong) tentang mereka, dan menggambarkan mereka sesuai dengan

hakikat mereka yang sebenarnya, dan menerangkan ajaran mereka yang rusak,

niscaya kita tidak melihat dari Imam Ibnu Baz yang salafi muwahhid (yang

bertauhid) ini kecuali celaan pada mereka, dan tahdzir (peringatan) dari

mereka dan dari bidĆ¢€™ah-bidĆ¢€™ah mereka seperti yang beliau lakukan dalam

fatwa beliau terakhir tentang mereka yang dilampirkan dalam makalah ini.


 

Dan dalam perkataan allamah Ibnu Utsaimin apa yang melayani mereka, lihatlah

kepada perkataan beliau berikut ini :


 

Ć¢€Å“Catatan : Jikalau perbedaan itu terdapat pada masalah-masalah aqidah maka

wajiblah diperbaiki dan apa saja yang berbeda dengan mazhab salaf maka

wajiblah diingkari dan ditahzir (diperingatkan untuk menjauhi) dari orang

yang menempuh/melakukan apa yang menyelisihi mazhab salaf pada permasalahan

ini.


 

[Lihatlah fatwa Ibnu Utsaimin: 2/939-944 sebagaimana yang ada dalam

selembaran yang disebarkan oleh Jamaah Tabligh sekarang].


 

Tidak diragukan lagi sesungguhnya perbedaan antara salafiyin, ahlu sunnah

dan tauhid dengan Jamaah Tabligh, adalah perbedaan yang kuat, dan dalam,

tentang masalah aqidah dan manhaj.


 

(Karena), mereka itu adalah (beraqidah) Maturidiyah yang menghapus

sifat-sifat Allah, mereka adalah sufi dalam masalah ibadah dan adab, mereka

melakukan baiĆ¢€™at berdasarkan atas empat ajaran (terikat) sufiyah yang

tenglam dalam kesesatan dan diantaranya, sesungguhnya ajaran sufi itu

berdiri atas ajaran hululiayh (Allah menyatu dengan Makhluk) dan wihdatul

wujud (Allah dan makhluk itu satu), perbuatan syirik dengan kuburan, dan

lainnya dari bentuk-bentuk kesesatan.


 

Dan ini, dapat dipastikan allamah Ibnu Utsaimin tidak mengetahuinya tentang

mereka, kalau seandainya beliau mengetahui hal itu pasti ia telah menghukum

mereka dengan kesesatan dan pasti beliau telah mentahdzir (memperingatakan)

dari mereka dengan peringatan yang keras, dan tentu beliau telah menempuh

jalan salafy terhadap mereka, seperti yang dilakukan oleh dua orang syeikh

beliau (yaitu) Imam Muhammad Bin Ibrahim dan Imam Ibnu Baz.


 

Dan seperti yang dilakukan oleh Syeikh Al-Albani, Syeikh Abdur Razzaq

Ć¢€˜Afifi, Syeikh Fauzan, Syeikh Hamud At Tuwaijiri, Syeikh Taqiyuddin Al

Hilali, Syeikh SaĆ¢€™ad Al-Hushein, Syeikh Saifur Rahman dan Syeikh Muhammad

Aslam. Dan mereka-mereka ini mempunyai karangan-karangan yang agung yang

menerangkan akan kesesatan Jamaah Tabligh, dan bahayanya apa yang mereka

pegang dari segi aqidah dan manhaj yang sesat, maka hendaklah orang yang

mencari kebenaran merujuk kepada karangan-karangan itu. Dan sungguh Abdur

Rahman Al Misri telah menarik kembali apa yang telah ia tulis berhubungan

dengan pujiannya terhadap Jamaah Tabligh dan mengakui kesahalannya di

hadapanku (penulis).


 

Adapun Yusuf Al-Malahi, beliau ini adalah diantara orang-orang yang ikut

bersama mereka selama bertahun-tahun, kemudian ia menulis satu kitab tentang

mereka, dengan menerangkan kesesatan mereka, rusaknya akidah mereka,

kemudian sangat disayangkan sekali, ia kembali meninggalkan kebenaran dan

fakta, dan ia telah menulis tentang mereka dalam kitabnya yang terakhir,

sedang kitabnya yang pertama menyokongnya, dan apa yang telah ditulis oleh

para ulama manhaj (salaf) tentang mereka mematahkan kebatilannya. Kaidah

yang mulia (mengatakan) : Jarh (celaan) lebih didahulukan atas taĆ¢€™dil

(pujian), membantah setiap pujian yang keluar dari siapapun, jika kiranya

orang-orang Jamaah Tabligh berpegang teguh kepada kaidah-kaidah islamy yang

benar, dan menempuh jalan-jalan ahli ilmu dan penasehat, terhadap Islam dan

muslimin.


 

Ditulis oleh :

Syeikh RabiĆ¢€™ bin Hadi Al Madkhali.

Pada tanggal : 29 / Muharam / 1421 H.


 


 

[Diterjemahkan oleh : Muhammad Elvi Syam, Dai dan Penerjemah di Islamic Dawa

& Guidance Center di Hail. K.S.A, Dari kitab Tsalatsu Muhadharat fil Ilmi

Wad Da'wah]

Sumber :

http://almanhaj.or.id/index.php?action=more

<http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1040&bagian=0>

&article_id=1040&bagian=0


 


 


 

FATWA PARA ULAMA SUNNAH TENTANG JAMA'AH TABLIGH


 


 

Disusun oleh.

Syaikh RabiĆ¢€™ bin Hadi Al Madkhali.

Bagian Kedua dari Lima Tulisan [2/5]


 


 

TENTANG TAHDZIR [PERINGATAN] DARI JAMA'AH TABLIGH


 

Fatwa Terakhir Syeikh Abdul Aziz Bin Baz Tentang Tahdzir (Peringatan) Dari

Jamaah Tabligh.


 

Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz telah ditanya tentang Jamaah Tabligh,

si penanya berkata :


 

Ć¢€Å“Wahai samahatu Syeikh, kami mendengar tentang Jamaah Tabligh dan dakwah

yang mereka lakukan. Apakah Syeikh menasehatiku untuk bergabung dengan

jamaah ini? Saya mohon diberi bimbingan dan nasehat, semoga Allah melipat

gandakan pahala syeikhĆ¢€.


 

Maka Syeikh menjawab dengan mengatakan :

Setiap orang yang berdakwah kepada Allah maka ia adalah mubaligh, (balighu

Ć¢€˜anni walau ayah) artiya Ć¢€Å“sampaikanlah dariku walau satu ayatĆ¢€. Akan

tetapi Jamaah Tabligh yang terkenal, yang berasal dari India ini, mereka

memiliki khurafat-khurafat, mereka memiliki sebagian bidĆ¢€™ah-bidĆ¢€™ah dan

perbuatan syirik, maka tidak boleh keluar (berpergian) bersama mereka,

kecuali seorang yang memiliki ilmu, ia keluar untuk mengingkari perbuatan

mereka, dan mengajar mereka. Adapun jikalau ia keluar untuk mengikuti

mereka, maka jangan (jangan keluar bersama mereka-pent).


 

Karena mereka memiliki khurafat-khurafat, mereka memiliki kesalahan dan

kekurangan dalam ilmu, akan tetapi jika ada jamaah dakwah selain mereka dari

kalangan ahli ilmu dan ahli pemahaman, maka (tidak mengapa-pent) ia keluar

bersama mereka untuk berdakwah kepada Allah.


 

Atau seseorang yang memiliki ilmu, dan pemahaman, maka ia keluar bersama

mereka untuk memahamkan mereka, mengingkari (kesalahan) mereka, dan

membimbing mereka kepada jalan yang baik, serta mengajar mereka, sehingga

mereka meninggalkan mazhab (ajaran) yang batil, dan memegang mazhab ahli

sunnah wal jamaah.Ć¢€


 

Maka hedaklah jamaah tabligh dan siapa yang simpati kepada mereka mengambil

faidah dari fatwa ini yang menjelaskan kondisi mereka sebenarnya, akidah

mereka, manhaj mereka dan karangan-karangan pemimipin mereka yang mereka

ikuti.


 

[saya mentekskripkan dari kaset dengan judul (Fatwa samahatus Syeikh Abdul

Aziz Bin Baz ala Jamaatu Tabligh), fatwa ini dikeluarkan di Taif kira-kira

dua tahun sebelum beliau wafat, dan di dalamnya terdapat bantahan terhadap

kekeliruan Jamaah Tabligh terhadap perkataan yang lama yang bersumber dari

Syeikh, sebelum jelas baginya akan hakikat kondisi dan manhaj mereka]


 


 

JAMA'AH TABLIGH DAN IKHWAN TERGOLONG DARI 72 GOLONGAN [FIRQAH]


 


 

Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz telah ditanya : Ć¢€Å“Semoga Allah berbuat

baik kepada Anda, hadits Nabi e, tentang berpecahnya

umat-umat (yakni) sabda beliau : Ć¢€Å“Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan

kecuali satuĆ¢€. Apakah Jamaah Tabligh dengan kondisi mereka yang memiliki

beberapa kesyirikan dan bidĆ¢€™ah, dan Jamaah Ikhwan Muslimin dengan kondisi

mereka yang memiliki sifat hizbiyah (berkelompok), dan menentang penguasa,

serta tidak mau tanduk dan patuh, apakah dua golongan ini masuk Ć¢€¦? (ke

dalam hadits tadi-pent).


 

Maka Syeikh menjawab :

Ć¢€Å“Dia masuk dalam 72 dolongan ini; siapa yang menyelisihi akidah ahli

sunnah maka ia telah masuk kepada 72 golongan. Maksud dari sabda beliau

(umatku) adalah umat ijabah artinya mereka yang menerima dan menampakkan

keikutan mereka kepada beliau, tujuh puluh tiga golongan, yang lolos dan

selamat adalah yang mengikuti beliau dan konsekwan dalam agamanya. Dan tujuh

puluh dua golongan, di antara mereka ada bermacam-macam, ada yang kafir, ada

yang bermaksiat dan ada yang berbuat bidĆ¢€™ah.Ć¢€


 

Lalu si penanya berkata : Ć¢€Å“Maksudnya kedua golongan ini (Jamaah Tabligh

dan Ikhwan) termasuk dari tujuh puluh dua ?


 

Syeikh menjawab :

Ć¢€Å“Ya. Termasuk dari tujuh puluh dua, begitu juga Murjiah dan lainnya,

Murjiah dan Khawarij. Oleh sebagain ahli ilmu memandang Khawarij tergolong

dari orang kafir yang keluar dari Islam, akan tetapi ia termasuk dari

keumuman tujuhpuluh dua itu.


 

[Diambil dari pelajaran beliau dalam Syarh al Muntaqa di kota Taif, ini

terdapat di dalam kaset rekaman, sebelum beliau wafat kira-kira dua tahun

atau kurang]


 


 

[Diterjemahkan oleh : Muhammad Elvi Syam, Dai dan Penerjemah di Islamic Dawa

& Guidance Center di Hail. K.S.A, Dari kitab Tsalatsu Muhadharat fil Ilmi

Wad Da'wah]

Sumber :

http://almanhaj.or.id/index.php?action=more

<http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1046&bagian=0>

&article_id=1046&bagian=0


 


 


 


 

FATWA PARA ULAMA SUNNAH TENTANG JAMA'AH TABLIGH


 


 

Disusun oleh.

Syaikh RabiĆ¢€™ bin Hadi Al Madkhali.

Bagian Ketiga dari Lima Tulisan [3/5]


 


 

HUKUM KHURUJ (KELUAR) BERSAMA JAMA'AH TABLIGH.


 

Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz telah ditanya : "Saya telah keluar

bersama Jamaah Tabligh ke India dan Pakistan, kami berkumpul dan shalat di

mesjid-mesjid yang di dalamnya terdapat kuburan, dan saya mendengar bahwa

shalat di mesjid yang di dalamnya terdapat kuburan, maka shalatnya batal

(tidak sah), apakah pendapat Syeikh tentang shalat saya, apakah saya

mengulanginya, dan apa hukum khuruj (keluar) bersama mereka kepada

tempat-tempat seperti ini?


 

Jawaban

"Bismillah walhamdulillah, amma ba'du : Sesungguhnya Jamaah Tabligh, mereka

tidak mempunyai ilmu dan pemahaman dalam masalah-masalah akidah, maka tidak

boleh keluar (khuruj) bersama mereka, kecuali bagi orang yang memiliki ilmu

dan pemahaman tentang akidah yang benar yang dipegang teguh oleh ahli sunnah

wal jamaah, sehingga ia membimbing, dan menasehati mereka, serta bekerja

sama dengan mereka dalam kebaikan, karena mereka gesit dalam beramal, akan

tetapi mereka butuh penamahan ilmu dan butuh kepada orang yang akan

memahamkan mereka dari kalangan ulama-ulama tauhid dan sunnah. Semoga Allah

menganugerahkan kepada semua akan pemahaman dalam agama dan konsekwen di

atasnya.


 

Adapun shalat di dalam mesjid-mesjid yang di dalamnya ada kuburan, maka

shalatnya tidak sah, dan kamu wajib mengulangi shalat yang kamu kerjakan di

mesjid-mesjid itu, karena Nabi bersabda : "Allah telah melaknat Yahudi dan

Nasrani yang mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai mesjid".

(muttafaqun 'alaihi). Dan sabda Beliau : "Ingatlah sesungguhnya orang

sebelum

kalian, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi dan orang-orang shaleh mereka

sebagai mesjid, ingatlah, maka janganlah kalian menjadikan kuburan-kuburan

sebagai mesjid, sesungguhnya saya melarang kalian akan itu". [Hadits Riwayat

Muslim]


 

Dan hadits-hadits pada hal ini sangatlah banyak, wa billahi taufiq, semoga

Allah menanugerakan salawat dan salam atas nabi kita Muhammad dan atas

keluarganya serta sahabatnya. [Fatwa tertanggal : 2/11/1414H]


 


 

Sekitar Perkataan Abdul Aziz Bin Baz :


 

"Maka tidak boleh khuruj (keluar) bersama mereka, kecuali orang yang

mempunyai ilmu dan pemahaman tentang akidah yang shahih yang dipegang teguh

oleh ahli sunnah wal jamaah, sehingga ia bisa membimbing dan menasehati

mereka serta bekerja sama dengan mereka untuk melakukan kebajikan."


 

Penyusun mengatakan :


 

Semoga Allah merahmati Syeikh, kalaulah mereka itu mau menerima nasehat, dan

bimbingan dari ahli ilmu, tentulah tidak ada halangan untuk keluar (khuruj)

bersama mereka, akan tetapi realita yang membuktikan bahwasanya mereka tidak

mau menerima nasehat dan tidak mau meninggalkan kebatilan mereka. Disebabkan

ta'asub (fanatik) dan sikap menuruti hawan nafsu mereka yang bersangatan.


 

Kalaulah mereka menerima nasehat-nasehat para ulama, niscaya mereka telah

meninggalkan manhaj mereka yang batil dan pastilah mereka telah menempuh

jalan ahli tauhid dan sunnah.


 

Jika seandainya permasalahannya seperti itu, maka tidaklah boleh khuruj

(keluar) bersama mereka, sebagaimana sikap itu merupakan sikap manhaj

salafusholeh yang berpengang kepada kitab dan sunnah dalam mentahdzir

(memperingatkan) dari ahli bid'ah dan dari bergaul serta bermajlis dengan

mereka, karena hal itu adalah menambah banyaknya keanggotaan mereka, dan

membantu dan memperkuat tersebarnya kesesatan mereka, dan hal itu adalah

pengkhianatan terhadap agama Islam dan kaum muslimin, terpedaya oleh mereka

dan kerja sama dalam melakukan dosa dan melampaui batas.


 

Apalagi mereka itu melakukan bai'at berdasarkan atas 4 macam tarikat

(ajaran) sufi yang di dalamnya terdapat keyakinan hululiyah (Allah menepati

makhluk) dan wahdatul wujud (Allah dan makhluk satu) serta syirik dan

bid'ah.


 


 

FATWA LAJNAH DAIMAH TENTANG JAMA'AH TABLIGH.

No fatwa : 17776, tertanggal : 18/3/1416 H.


 

Seorang penanya (Muhammad Kahlid Al Habsi) bertanya setelah ia mengemukakan

pertanyaan pertama, sebagai berikut :


 

Pertanyaan Kedua : "Saya pernah membaca beberapa fatwa Syeikh (Ibnu Baz).

Dan Syeikh mendorong / mengajak pelajar (penuntut ilmu) untuk keluar

(khuruj) bersama Jamaah Tabligh, dan alhamdulillah kami telah khuruj bersama

mereka, dan kami memetik faidah yang banyak, akan tetapi, wahai Syeikh yang

mulia, saya melihat sebagian amalan (yang dikerjakan-pent) tidak ada

tercantum di dalam Kitabullah dan sunnah rasul-Nya seperti :


 

[1]. Membuat lingkaran di dalam mesjid pada setiap dua orang atau lebih,

lalu mereka saling mengingat sepuluh surat terakhir dari Al Quran, dan

konsisten dalam menjalankan amalan ini dengan cara seperti ini pada setiap

kali kami khuruj (keluar).

[2]. Ber'itikaf pada seriap hari Kamis dalam bentuk terus menerus. [3].

Membatasi hari untuk khuruj, yaitu tiga hari dalam satu bulan, empat

puluh hari setiap tahun dan empat bulan seumur hidup.

[4]. Selalu doa berjamaah setiap setelah bayan (pelajaran). Bagaimanakah wahai

syeikh yang mulia, jika seandainya saya keluar bersama

jamaah ini, dan saya melakukan amalan-amalan dan perbuatan ini yang tidak

pernah terdapat di dalam kitabullah dan sunnah rasul, ketahuilah wahai

syeikh yang mulia, sesungguhnya merupakan hal yang sangat sukar sekali untuk

merobah metode (manhaj) ini. Beginilah cara dan metode mereka seperti yang

diterangkan di atas.


 

Jawaban.

"Apa yang telah anda sebutkan dari perbuatan jamaah ini (Jamaah Tabligh)

seluruhnya adalah bid'ah, maka tidak boleh ikut serta sama mereka, sampai

mereka berpegang teguh dengan manhaj kitab dan sunnah serta meninggalkan

bid'ah-bid'ah."


 

Tertanda :

Ketua : Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz.

Anggota : Abdul Aziz bin Abdullah Ali Syeikh.

Anggota : Sholeh bin Fauzan Al Fauzan.

Anggota : Bakr bin Abdullah Abu Zaid.


 


 

[Diterjemahkan oleh : Muhammad Elvi Syam, Dai dan Penerjemah di Islamic Dawa

& Guidance Center di Hail. K.S.A, Dari kitab Tsalatsu Muhadharat fil Ilmi

Wad Da'wah]

Sumber :

http://almanhaj.or.id/index.php?action=more

<http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1081&bagian=0>

&article_id=1081&bagian=0


 


 


 

FATWA PARA ULAMA SUNNAH TENTANG JAMA'AH TABLIGH


 


 

Disusun oleh.

Syaikh RabiĆ¢€™ bin Hadi Al Madkhali.

Bagian Keempat dari Lima Tulisan [4/5]


 


 

FATWA SYAIKH 'ALAAMAH MUHAMMAD BIN IBRAHIM ALI SYAIKH


 

Fatwa Syeikh 'Alaamah Muhammad bin Ibrahim Ali Syeikh tentang tahdzir

peringantan) dari jamaah tabligh.


 

"Dari Muhammad bin Ibrahim kepada hadapan pangeran Khalid bin Su'ud,

pimpinan kantor kerajaan yang terhormat, assalamu'alikum warahmatullah

wabarakatu dan selanjutnya :


 

Sungguh saya telah menerima surat Pangeran (no : 36/4/5-d, tertanggal

21/1/1382 H) beserta lampirannya, hal itu adalah harapan yang diangkat

kepada hadapan dipetuan agung Raja yang terhotmat, dari Muhammad Abdul Majid

Al Qadiri, Syah Ahmad Nurani, Abdus Salam Al Qadiri dan Su'ud Ahmad Ad

Dahlawi, sekitar permohonan mereka minta bantuan untuk proyek organisasi

mereka yang mereka namakan (Kuliah Da'wah Tabligh Al Islamiyah) dan begitu

juga buku-buku kecil yang dilampirkan bersama surat mereka. Saya

mengemukakan kepada hadapan Pangeran, bahwasanya organisasi ini tidak ada

kebaikan di dalamnya, karena sesungguhnya ia adalah organisasi bid'ah dan

sesat. Dan dengan membaca buku-buku kecil yang dilampirkan dengan surat

mereka, maka kami telah menemukan buku-buku itu mengandung kesesatan, bid'ah

dan dakwah (ajakan) kepada mengibadati kubur dan syirik. Hal itu adalah

perkara yang tidak mungkin didiamkan. Oleh karena itu kami insya Allah akan

membalas surat mereka dengan apa yang mungkin menyingkap kesesatan mereka

dan membantah kebatilan mereka. Dan kita mohon kepada Allah semoga Dia

menolong agama-Nya, dan mengangkat kalimat-Nya, wassalamu'alikum

warahmatullah". [S-M-405 pada tanggal 29/1/1382H].


 

[Rujuklah ke Kitab : Alqaulul Baligh fit Tahdzir Min Jamaatit Tabligh, oleh

Syeikh Hamud At Tuwaijiri halaman : 289]


 

FATWA SYAIKH ALAAMAH MUHAMMAD NASHIRUDDIN AL-ALBANI


 

Fatwa Syeikh Alaamah Muhammad Nashiruddin Al Albani tentang Jamaah Tabligh.


 

Beliau pernah ditanya :


 

"Apakah pendapat Syeikh tentang Jamaah Tabligh, apakah boleh bagi pelajar

penuntut ilmu) atau lainnya untuk khuruj (keluar) bersama mereka dengan

dalih berdakwah kepada Allah ?


 

Maka beliau menjawab :


 

Jamaah Tabligh tidak berdiri (berdasarkan) atas manhaj kitabullah dan sunnah

rasul-Nya 'alaihi salawat wa salam, dan apa yang dipegang oleh salafuu

sholeh.


 

Kalau seandainya perkaranya seperti itu, maka tidaklah boleh khuruj bersama

mereka, karena hal itu bertentangan dengan manhaj kita dalam menyampaikan

manhaj salafus sholeh.


 

Maka dalam medan dakwah kepada Allah, yang keluar itu adalah orang yang

berilmu, adapun orang-orang yang keluar bersama mereka, yang wajib mereka

lakukan adalah untuk tetap tinggal di negeri mereka dan memperlajari ilmu di

mesjid-mesjid mereka, sampai-sampai mesjid-mesjid itu mengeluarkan ulama

yang melaksanakan tugas dalam dakwah kepada Allah.


 

Dan selama kenyataanya masih seperti itu, maka wajiblah atas penuntut ilmu

(pelajar) untuk mendakwahi mereka-mereka itu (Jamaah Tabligh-pent) di dalam

rumah mereka sendiri, agar mempelajari kitab dan sunnah dan mengajak manusia

kepadanya.


 

Sedang mereka -yakni Jamaah Tabligh- tidak menjadikan dakwah kepada kitab

dan sunnah sebagai dasar umum, akan tetapi mereka mengatagorikan dakwah ini

sebagai pemecah. Oleh karena itu, maka mereka itu lebih cocok seperti Jamaah

Ikhwan Muslimin.


 

Mereka mengatakan bahwa dakwah kami berdiri atas kitab dan sunnah, akan

tetapi ini hanya semata-mata ucapan, sedangkan mereka tidak ada akidah yang

menyatukan mereka, yang ini Maturidi dan yang itu Asy'ari, yang ini sufi dan

yang itu tidak punya mazhab.


 

Itu, karena dakwah mereka berdiri atas dasar : bersatu, berkumpul, kemudian

pengetahuan. Pada hakikatnya mereka tidak mempunyai pengetahuan sama sekali,

sungguh telah berjalan bersama mereka waktu lebih dari setengah abad, tidak

pernah seorang alim pun yang lahir di tengah-tengah mereka.


 

Adapun kita, maka kita mengatakan : Berpengetahuan (dulu), kemudian

berkumpul, sehingga perkumpulan itu berada di atas pondasi yang tidak ada

perbedaan di dalamnya.


 

Dakwah Jamaah Tabligh adalah sufi moderen, yang mengajak kepada akhlak.

Adapun memperbaiki akidah masyarakat, maka mereka itu tidak bergeming,

karena dakwah ini (memperbaiki akidah) -sesuai dengan prasangka mereka-

memecah belah.


 

Dan sungguh telah terjadi koresponden antara akh Sa'ad Al Hushain dan

pemimpin Jamaah Tabligh di India atau Pakistan, maka jelaslah darinya bahwa

sesungguhnya mereka itu menyetujui tawasul, dan istighatsah dan banyak

hal-hal lain yang sejenis ini. Dan mereka meminta kepada anggota mereka

untuk membai'at di atas emapat macam terikat (ajaran), diantaranya adalah :

An Naqsyabandiyah, maka setiap orang tabligh seyogyanya untuk membai'at di

atas dasar ini.


 

Dan mungkin seorang akan bertanya : Sesungguhnya Jamaah ini, disebabkan

usaha anggota-anggotnya telah kembali (insaf dan sadar) kebanyakan manusia

kepada Allah, bahkan mungkin melalui tangan-tangan mereka kebanyakan orang

non muslim telah masuk Islam. Apakah ini sudah cukup sebagai dalih bolehnya

untuk keluar dan bergabung bersama mereka pada apa yang mereka dakwahkan?


 

Maka kita katakan : "Sesungguhnya ucapan-ucapan ini sering kami ketahui dan

kami dengar dan kami dengar (juga) dari orang-orang sufi!!. Ini bagaikan :

Ada seorang syeikh akidahnya rusak, dan tidak pernah mengetahui sedikitpun

tentang sunnah, bahkan ia memakan harta orang dengan cara batil (tidak

sah).... Disamping itu banyak orang yang fasik (yang berdosa) bertaubat

lewat tangannya....!


 

Maka setiap jamaah yang mengajak kepada kebajikan pasti mempunyai pengikut,

akan tetapi kita harus melihat kepada intisari permasalahan, kepada apakah

yang mereka mengajak / berdakwah? Apakah kepada mengikuti kitabullah dan

hadits Rasul, kepada akidah salafus sholeh, tidak ta'ashub (fanatik) mazhab,

dan mengikuti sunnah, dimanapun dan sama siapapun?


 

Maka Jamaah Tabligh, mereka tidak memiliki manhaj ilmu, akan tetapi manhaj

mereka sesuai dengan tempat dimana mereka berada, mereka berubah warna

dengan setiap warna.


 

[Rujuklah Fatwa Imaratiyah, karangan Al Albani soal no : 73 hal : 38]


 

[Diterjemahkan oleh : Muhammad Elvi Syam, Dai dan Penerjemah di Islamic Dawa

& Guidance Center di Hail. K.S.A, Dari kitab Tsalatsu Muhadharat fil Ilmi

Wad Da'wah]

Sumber :

http://almanhaj.or.id/index.php?action=more

<http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1221&bagian=0>

&article_id=1221&bagian=0


 


 


 


 

FATWA PARA ULAMA SUNNAH TENTANG JAMA'AH TABLIGH


 


 

Disusun oleh.

Syaikh RabiĆ¢€™ bin Hadi Al Madkhali.

Bagian Terakhir dari Lima Tulisan [5/5]


 


 

FATWA SYAIKH 'ALAAMAH ABDUR RAZZAQ 'AFIFI


 

Syaikh ditanya tentang khuruj Jamaah Tabligh dalam rangka mengingatkan

manusia kepada keagungan Allah. Maka Syaikh berkata :


 

"Pada kenyataannya, sesungguhnya mereka adalah mubtadi' (orang yang membuat

bid'ah) yang memutar balikkan serta pelaku tarikat (ajaran) Qadariyah dan

lainnya. Khuruj mereka bukanlah di jalan Allah, akan tetapi di jalan Ilyas

(pendiri Jamaah Tabligh-pent), mereka tidak mengajak kepada kitab dan

sunnah, akan tetapi mengajak kepada Ilyas Syaikh mereka di Bangladesh.


 

Adapun khuruj dengan tujuan dakwah kepada Allah, itulah khuruj di jalan

Allah, dan ini bukan khurujnya Jamaah Tabligh.


 

Saya mengetahui Jamaah Tabligh sejak zaman dahulu, mereka itu adalah pembuat

bid'ah di manapun mereka berada, di Mesir, di Israil, di Amerika, di Saudi,

semua mereka selalu terikat dengan syaikh mereka yaitu Ilyas".


 

[Fatawa dan Rasail oleh samahatu syeikh Abdur Razzaq 'Afifi (1/174)]


 

FATWA SYAIKH SHALIH BIN FAUZAN AL-FAUZAN


 

Syaikkh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan telah ditanya : "Apakah pendapat Syaikh

tentang orang yang keluar (khuruj) ke luar Kerajaan Saudi untuk berdakwah,

sedangkan mereka belum pernah menuntut ilmu sama sekali, dan mereka

memberikan motivasi untuk itu, dan mereka elu-elukan syi'ar yang aneh, dan

mendakwakan sesungguhnya siapa yang keluar di jalan Allah untuk berdakwah,

maka Allah akan memberinya ilham. Mendakwakan sesungguhnya ilmu itu bukanlah

syarat yang penting.


 

Tentu Syaikh mengetahui bahwa di luar kerajaan Saudi ini akan ditemukan

aliran-aliran dan agama-agama serta pertanyaan-pertanyaan yang akan

dilontarkan kepada si dai.


 

Tidakkah Anda melihat wahai Syaikh yang mulia, sesungguhnya orang yang

keluar di jalan Allah itu harus mempunyai senjata agar bisa menghadapi

masyarakat, terkhusus di timur Asia, dimana mereka memerangi / membenci

pembaharu dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab? Saya mohon jawaban atas

pertanyaan saya ini agar manfaatnya menyebar."


 

Jawaban.

Khuruj (keluar) di jalan Allah, bukanlah khuruj yang mereka maksudkan

sekarang. Khuruj (keluar) di jalan Allah adalah keluar untuk berperang.

Adapun apa yang mereka namakan dengan khuruj itu, sesungguhnya ini adalah

bid'ah yang tidak pernah datang dari salaf.


 

Seorang keluar untuk berdakwah kepada Allah, tidaklah dibatasi pada

hari-hari

tertentu, akan tetapi berdakwah kepada Allah sesuai dengan kesempatan dan

kemampuannya, tanpa harus terikat dengan jamaah atau terikat dengan empat

puluh hari atau kurang atau lebih.


 

Dan begitu juga, di antara yang wajib atas seorang dai, ia haruslah

mempunyai

ilmu, seseorang tidak boleh berdakwah kepada Allah sedangkan ia bodoh (tidak

berilmu), Allah berfirman :


 

"Artinya : Inilah jalanku, yang aku mengajak kepada Allah di atas

pengetahuan"


 

Yaitu atas ilmu, karena seorang dai mesti mengetahui apa yang akan

didakwahinya, berupa hukum-hukum yang wajib, yang sunat, yang haram dan yang

makruh. Dia harus mengetahui apa itu syirik, maksiat, kekufuran, kefasikan,

kemaksiatan. Dan harus mengetahui tingkat-tingkat pengingkaran, dan

bagaimana cara mengingkari.


 

Khuruj yang menyebabkan disibukan dari menuntut ilmu adalah perkara yang

batil (salah), karena menuntut ilmu itu adalah fardu (kewajiban), dan ilmu

itu tidak bisa didapatkan kecuali dengan cara belajar, tidak akan didapatkan

dengan cara ilham, ini merupakan khurafat sufi yang sesat, karena amal tanpa

ilmu adalah kesesatan. Dan tentu meraih ilmu tanpa belajar adalah

angan-angan yang salah.


 

[Dari kitab Tsalatsu Muhadharat fil Ilmi Wad Da'wah]


 

[Diterjemahkan oleh : Muhammad Elvi Syam, Dai dan Penerjemah di Islamic Dawa

& Guidance Center di Hail. K.S.A, Dari kitab Tsalatsu Muhadharat fil Ilmi

Wad Da'wah]